Keluarga

Saudi dan Ikhwan 15 -Antara Syiah dan Iran-


_____________SAUDI DAN IKHWAN_____________
ANTARA SYIAH DAN IRAN
Penulis : Taufik Muhammad Yusuf
(Mahasiswa International University of Africa Khartoum, Sudan)

Chapter 15.
**

Banyak dari kaum Sunni melihat Iran sebagai iblis dan musuh dalam selimut yang lebih berbahaya dari Yahudi dan Nasrani. Oleh karenanya, negara sunni (Saudi khususnya) perlu mempersenjatai diri (tentu dengan membelinya) dari barat (AS khususnya) dengan menggelontorkan dana ratusan triliun rupiah demi menghancurkan Iran berikut 'memproduksi' dengan gencar fatwa bahwa Syiah adalah kafir, bukan islam.

Sebagian lain melihat Iran dengan (mazhab syi'ahnya) sebagai mitra dan kolega yang perlu disambut dengan tangan terbuka melalui pertukaran pelajar, saling mendirikan pusat kebudayaan bahkan terhadap upaya penyebaran ideologi Syi'ah ditengah kaum Sunni baik dikawasan timur tengah dan negara-negara Islam lain. Mereka seperti 'bersikap lugu' terhadap upaya Iran dalam memperluas kontrol terhadap kawasan dengan memperpanjang garis/area bulan sabit Syi'ah yang melengkung dari Lebanon, Suriah, Irak, Iran sendiri, Bahrain dan Yaman yang otomatis mengepung Arab Saudi mulai dari arah utara, timur dan selatan.

Sebagian kaum Sunni lain menganggap dua cara pandang diatas terhadap Iran dan Syi'ah sebagai cara pandang yang kerdil dan sempit plus lahir dari dua kutub ekstrim kanan dan kiri yang abai terhadap kemaslahatan dan bahaya terhadap kawasan (berupa perang Sunni-Syiah yang berkepanjangan) dan menutup mata terhadap posisi Iran sebagai pemain penting dikawasan. Sudut pandang kelompok yang ketiga ini terkadang juga 'kabur' oleh propaganda dan simpati berlebihan terhadap Iran dan Hizbullah yang mendukung perlawanan Palestina dan berhadapan langsung dengan zionisme sekaligus slogan permusuhannya terhadap Israel dan Amerika. Dan terkadang 'keputusasaan' terhadap upaya pendekatan Sunni-Syiah yang justru hanya menguntungkan Syi'ah juga menarik kelompok ketiga ini untuk melihat Iran sebagaimana dilihat oleh kelompok pertama.

**

Setelah runtuhnya kekhalifahan Turki Utsmani tahun 1924 lalu Ikhwan lahir tahun 1928, Ikhwan telah berupaya sejak awal berdirinya untuk menyatukan umat Islam dibawah bendera La Ilaha Illa Allah Muhamamd Rasulullah sebagai wujud dari aplikasi kaedah emas Syeikh Muhammad Abduh yang dipopulerkan oleh As-Syahid Hasan Al-Banna; "kita bekerja sama dalam hal yang disepakati dan saling toleransi dalam hal yang diperselisihkan." Karenanya, Ikhwan adalah pihak yang sangat mendukung ide pendekatan Sunni-Syiah dan Hasan Al-Banna adalah salah satu tokoh yang ikut berpartisipasi dalam pendirian Dar At-Taqrib Baina Al-Madzahib Islamiyyah tahun 1947 yang diprakarsai oleh sekitar 20 ulama besar Sunni-Syiah seperti Syeikh Mahmud Syaltout, Syeikh Abdul Majid Salim, Syeikh Abdul Wahab Khallaf, Syeikh Muhamamad Abdullathif Draz, Mufti Palestina Al-Hajj Amin Husaini dll. Ringkasnya, para ulama Al-Azhar dan Ikhwan secara umum mendukung upaya pendekatan Sunni-Syiah atau minimal tidak mengkafirkan Syi'ah Imamiyah yang ada di Iran.

**

Akan tetapi, niat baik para ulama Sunni terhadap upaya pendekatan Sunni-Syiah tidak berjalan baik dilapangan, para ulama Syiah justru merusak garis merah yang telah disepakati untuk tidak boleh dilewati seperti celaan dan pengkafiran terhadap para sahabat rda. Karenanya, kritik dan evaluasi terhadap upaya pendekatan Sunni-Syiah sudah mulai dilakukan oleh Ikhwan jauh sebelum revolusi Islam Iran lahir, terutama oleh Dr. Musthafa Husni As-Siba'i di Suriah. Meskipun demikian Ikhwan secara umum tetap melihat Syi'ah (imamiyah) sebagai kelompok sesat; bukan kafir. (Nantinya, sikap represif Iran terhadap Sunni paska revolusi Iran dan ketika revolusi Suriah menambah pedas krikitk Ikhwan terhadap Iran).

Dalam penjelasannya sebagai tanggapan terhadap sebuah surat kabar Iran pada tahun 2008, Syeikh Yusuf Al-qaradawi menegaskan bahwa Syi'ah Imamiyah Isna Asyariah adalah kelompok sesat bukan kafir. Beliau menegaskan bahwa sikap tersebut merupakan sikap yang disepakati oleh ulama-ulama Sunni yang moderat. Adapun selainnya, ada juga yang mengkafirkan Syi'ah Imamiyah karena pendapat mereka yang menyeleweng terkait Al-Quran dan Sunnah, para sahabat, kemakshuman para Imam Syi'ah dll.

**

Secara ringkas, sekte Syi'ah terbagi dalam tiga kelompok besar berikut sikap ulama Sunni terhadapnya:

Yang pertama adalah: sekte-sekte Syi'ah yang telah disepakati kekafiran mereka yaitu Sekte Bathiniyah, Qaramithah, Ismailiyah dll sebagaimana telah disebutkan oleh Imam Ghazali dalam 'Fadha_ih Al-Bathiniyah' bahwa lahir Mazhab mereka adalah rafidhah dan batinnya adalah kekufuran semata-mata.

Yang kedua adalah: sekte Syi'ah yang disepakati ketidakkafirannya mereka yaitu Sekte Zaidiyah di Yaman.

Dan yang ketiga adalah yang diperselisihkan kekafiran mereka yaitu Syi'ah Imamiyah, Jakfariah atau Isna Asyariah yang ada di Iran.
Dalam salah satu fatwanya, Syeikh Bin Baz menganggap bahwa sekte Imamiyah, Isna Asyariah sebagai sekte Bathiniyah kafir dikarenakan sebagian akidah mereka sama dengan akidah Bathiniyah yang kufur, hal yang tidak disetujui oleh banyak para ulama Al-Azhar.

Vonis kafir terhadap individu Bathiniyah bukan hanya tentang; bahwa I'tiqad seseorang tersebut kufur, akan tetapi -secara fiqih- konsekuensinya bisa lebih jauh berupa hukuman mati, batalnya semua akad seperti pernikahan dll, status hartanya dan lain-lain dimana individu tersebut diperlakukan seperti halnya seorang murtad. Karenanya, vonis kafir ini tentu sangat berbahaya dan bisa menyulut perang panjang antara Sunni-Syiah yang justru menguntungkan Barat. Dari itulah, meskipun bersikap keras terhadap sekte Bathiniyah secara umum, Imam Al-Ghazali yang hidup dalam rongrongan dan teror Bathiniyah terhadap Dinasti Seljuk dan Khilafah Abbasiyah sangat hati-hati dalam menghukumi kekafiran individu Bathiniyah, terutama kaum awamnya. Vonis kafir baru dilakukan setelah terkonfirmasi kekafiran individu tersebut baik melalui pengakuan ataupun kesaksian orang jujur/adil. Intinya, perdebatan tentang kafir atau tidaknya Imamiyah akan panjang dan terus diperdebatkan mengingat sekte Syi'ah ini mengimani taqiyah serta mereka juga 'berevolusi' seiring bergantinya zaman (termasuk apakah Nushairiyah bagian dari Imamiyah atau Bathiniyah). Karenanya, saya tak berniat membahasnya disini.

**

Ketika kita melihat hubungan antara Ikhwan/Hamas-Syiah Iran/Hizbullah/rezim Suriah-Dan Saudi, kita tidak bisa melihatnya hanya sebagai hubungan antara sebuah aluran Akidah, tapi juga sebagai sebuah kekuatan politik (negara dan organisasi politik). Dan karena masuk ranah politis, setiap bantuan dan dukungan yang diberikan oleh Iran ataupun Saudi terhadap Ikhwan (dan sebaliknya) tidak bisa dilihat seperti halnya bantuan dari Lembaga Swadaya Masyarakat atau lembaga sosial kemanusiaan yang membantu tanpa pamrih. Tidak. Karena politik selalu harus ada timbal balik. There is no free lunch; tidak ada makan siang yang gratis.

Memahami hubungan Iran-Ikhwan-Saudi mau tidak mau kita harus menemukan poin-poin persamaan dan perbedaan antara satu dan lainnya serta prioritas masing-masing dari ketiga kekuatan tersebut. Ada beberapa titik persamaan antara Iran dan Ikhwan. Diantaranya adalah:

1. Persamaan sikap Iran dan Ikhwan terkait isu Palestina dan upaya memerdekaan Baitul Maqdis dari cengkeraman zionisme. Poin ini merupakan poin paling penting yang mempertemukan Ikhwan dan Iran sejak berdirinya Ikhwan, lahirnya revolusi Islam Iran sampai sekarang. Meskipun dukungan Iran terhadap Ikhwan/Hamas terkait isu Palestina seringkali hanya dianggap sebagai sebatas propaganda dan 'gimmick' belaka, fakta dilapangan menunjukkan bahwa tokoh senior Hamas seperti Khalid Mesyal dan Ismail Haniya berulangkali menyampaikan rasa terimakasihnya untuk bantuan dana dan senjata dari Iran. Disinyalir, roket fajar-5 yang digunakan Hamas dalam perang melawan zionisme tahun 2012 adalah bantuan Iran, meskipun dibantah Teheran.
Akan tetapi, dukungan Teheran terhadap isu Palestina juga berulangkali dirusak oleh sikap Teheran sendiri. Karena diwaktu bersamaan Iran juga mensupport rezim Suriah yang membantai pengungsi Palestina baik dalam perang Saudara Lebanon ataupun dalam revolusi Suriah 2011. Sebagaimana Iran juga mendukung 'Harakah Amal' Syi'ah Lebanon yang membantai para pengungsi Palestina dalam War of The Camps tahun 1985 di Lebanon. Belum lagi skandal Iran-Contra atau yang dikenal dengan The October Surprise dimana pada Oktober 1980 Iran yang berada dalam ancaman Irak melakukan negosiasi rahasia dengan AS untuk mendapatkan senjata Anti-tank dengan perantaraan Agen Mossad Israel; Ari Ben-Menashe.

2. Iran dan Ikhwan memiliki pandangan negatif terhadap 'nasionalisme sempit' negara-negara Arab yang membuat mereka terpecah belah dan menjadi sebab hilangnya Palestina dari pangkuan Islam setelah runtuhnya khilafah Utsmaniyah. Nasionalisme Arab juga memojokkan Iran yang notabene adalah etnis Persia non-Arab. Belum lagi 'ujaran rasialis' sebagian Sunni yang menyebut Iran sebagai Persia Majusi. Meskipun demikian, titik temu Iran dan Ikhwan dalam melihat 'nasionalisme sempit' juga menemukan jalan terjal ketika Konstitusi Iran misalnya menegaskan bahwa Presiden Iran harus lahir dari orangtua yang kedua-duanya bangsa Iran (hal yang dianggap Ikhwan sebagai bagian dari nasionalisme sempit). Selain itu, Iran juga mengkritisi Ikhwan yang tidak menentang Irak (yang beretnis Arab) dalam serangannya terhadap Iran di perang teluk pertama.

3. Poin terakhir yang merupakan titik temu Ikhwan dan Iran adalah cenderung tolerannya Ikhwan dalam melihat Iran dan Syi'ah sebagai komposisi umat Islam meskipun akidahnya menyimpang. Hal lain yang mempertemukan Iran-Ikhwan adalah keberhasilan revolusi Islam Iran yang dianggap Ikhwan sebagai model sukses untuk melakukan revolusi terhadap pemerintahan-pemerintahan korup yang menjadi antek Barat (AS).

Bagaimana dengan titik-titik perbedaan Ikhwan-Iran serta hubungannya dengan Arab Saudi? Sampai kapan Ikhwan tetap memupuk hubungan dengan Iran? Dan seberapa besar kemungkinan Saudi-Ikhwan rujuk dan mesra lagi seperti era 60-70an di masa raja Faishal? Ataukah talak tiga telah dijatuhkan dan tak ada lagi kata kembali? Wallahu A'lam. Orang bilang, Tak ada yang sejati dalam dunia perpolitikan. Tapi saya yakin hubungan Ikhwan-Saudi hanya bisa didamaikan oleh 1 kata kunci; perhatian dan prioritas Saudi untuk memerdekakan tanah suci pertama umat ini sebelum Al-Haramain; Al-Quds.

**

To be continued.

08-05-2020.
Saudi dan Ikhwan 15 -Antara Syiah dan Iran- Saudi dan Ikhwan 15 -Antara Syiah dan Iran- Reviewed by al irtifaq on 06.31 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Tinggalkanlah Komentar yang ahsan. Buuriktum Fiih....

Terbaru

Diberdayakan oleh Blogger.