SUNGGUH, JIKA ANDA MEMBACA ARTIKEL KALI INI, ANDA AKAN BERKATA, "MASYA ALLAH, LUARRR BIASAAAA............!!!!!!!!"
Ibnu 'Amr Ad Dimakiy dari ustadz 'Abdullah Zaidi bercerita kepadaku...
"Anta tau tidak kalau ada satu suku yang sangat disegani oleh masyaikh saudi, namun berasal dari luar As Su'udiyyah?"
"Suku apa itu ustadz?"
"Pernah dengar Mauritaniyyah?"
"Belum ustadz, kenapa mereka disegani ustadz?"
"Karena kebiasaan mereka dalam menuntut 'ilmu yang sangat luar biasa... Jika ada seorang anak kecil disana berumur 7 tahun belum hafal qur'an itu akan sangat memalukan kedua orangtuanya... Bahkan 7 dari 13 doktor di MEDIU berasal dari Mauritaniyyah."
"Masya Allah, bagaimana sistem pengajaran mereka...???
"Pertanyaan anta jamil... memang kita bukan hanya harus takjub, tapi kita harus meniru sistem yang mereka gunakan. jadi begini akhi...
Mereka itu mendapatkan pendidikan Al Qur'an bukan hanya sejak kecil, tapi sejak BAYI...
Ketika ada seorang ibu hamil, dia tidak akan menghabiskan waktu HANYA tidur di kasur. ibu tersebut akan MENYIBUKKAN DIRI untuk MUROJA'AH HAFALANNYA hingga ibu itu TERASA LETIH karenanya...
Setelah bayi itu lahir, keluarga yang akan muroja'ah. Misalkan seorang anak akan muroja'ah kepada bapak atau ibunya, maka DIWAJIBKAN untuk dia muroja'ah di depan adiknya yang masih bayi pula. Jadi ketika ibunya sedang menggendong bayi tersebut, kakaknya muroja'ah kepada ibunya. Kalaupun suara tangis bayi mengganggu kakaknya ya itulah tantangan untuk anak tersebut..."
"Masya Allah, lalu sistem ketika menginjak remaja gimana ustadz?"
"Ahsanta, ketika mereka berusia 7 tahun ke atas, mereka akan pergi kepada masyaikh untuk belajar agama. mereka TIDAK BELAJAR DI DALAM KELAS. Jadi para masyaikh setempat MEMBUAT TENDA DI TENGAH GURUN, dan di dalam tenda itulah proses belajar mengajar dilakukan... Mungkin dalam fikiran kita menyakitkan karena panasnya. namun itu NIKMAT untuk mereka karena RASA INGIN TAU YANG TINGGI pada diri mereka menjadikan SEDIKIT 'ILMU adalah NIKMAT DAN RIZQI YANG MELIMPAH UNTUK MEREKA, BUKAN HARTA...!!!"
"Masya Allah... Masya Allah Yaa Ustadz..."
"Na'am, ketika syaikh tersebut berkata, "ISTAMI'...!!!", maka semuanya menatap syaikh tersebut dan menyimak dengan seksama. Tidak ada yang berani menulis bahkan BERMAIN PULPEN, karena akan dimarahi...
Setelah syaikhnya menerangkan panjang lebar barulah mereka menulis. Mereka menulispun juga BUKAN di selembar kertas. Mereka menulis di batu, daun, kulit pohon atau sejenisnya yang mereka bawa dari rumah, kenapa tidak pakai kertas? karena memang itu dilarang, dan mereka hanya membawa selembar saja...
Setelah mereka menulis maka tulisan mereka yang berasal dari ingatan mereka itu ditunjukkan ke syaikh, kalau ada kesalahan maka akan dikembalikan untuk dibetulkan hingga semua santrinya menuliskan semua yang diucapkan syaikh... Itu menunjukkan SYAIKH TERSEBUT HAFAL APA YANG DIUCAPKAN.
Masya Allah... Ketika semua santrinya telah menuliskan dengan benar maka syaikh memerintahkan untuk dihapus..."
"Dihapus ustadz...??? Lalu mereka tidak punya catatan pelajaran hari itu dong?"
"Laa yaa akhi, ketika semuanya sudah benar itu menunjukkan pelajaran yang disampaikan oleh syaikh sudah HAFAL DI LUAR KEPALA. Jadi catatan mereka ya ingatan mereka itu... Setelah semuanya benar dan telah dihapus, maka syaikh melanjutkan pelajarannya... Begitu seterusnya sampai pelajaran di hari itu habis. Setelah mereka pulang ke rumah, barulah apa yang mereka INGAT mereka tulis ulang dalam buku-buku mereka...
Di usia 17 tahun, mereka sudah bisa mengeluarkan fatwa, yang berarti mereka sudah menjadi MUFTI..."
"Masya Allah, merinding ana ustadz..."
"Jamil... Dulu ketika ana di LIPIA ada cerita menarik, dosen ana ketika ingin mencari atau mengingat-ingat sebuah hadits maka beliau bertanya kepada temannya yang masih berstatus mahasiswa S2, karena apa?
Karena ikhwan ini sudah hafal kutubus sittah, bulughul marom, shohihain, dan sekarang sedang menghafal musnad imam ahmad dan sudah hafal 2/3 nya... Anta tau kan kitab-kitab tersebut tebalnya seperti apa??? itu hanya masih tebalnya, belum isi dari kitab tersebut... BERAPA BANYAK HADITS YANG TERDAPAT DI KITAB ITU? Masya Allah.
Dan yang akan lebih mengherankan anta adalah, MEREKA BUKAN HANYA HAFAL MATAN HADITSNYA... NAMUN SAMPAI KE RIJALUL HADITS, PERAWI INI LAHIR TAHUN SEKIAN, MENINGGAL TAHUN SEKIAN, MENGAMBIL HADITS DARI SIAPA SAJA, DINYATAKAN TSIQAH ATAU TIDAK OLEH 'ULAMA, HINGGA DIA BISA MENENTUKAN SENDIRI SANAD HADITS TERSEBUT SHAHIH ATAU TIDAK TANPA MENCATUT PERKATAAN SEORANG MUHADDITS SEPERTI SYAIKH ALBANI KALAU HADITS TERSEBUT SHAHIH..."
"Masya Allah, merasa tidak punya apa-apa ustadz ketika menyadari di belahan bumi lain ada yang mempelajari agama hingga seperti itu..."
"Na'am, ana pun demikian... kalau anta ingat, USTADZ ERWANDI TARMIDZI pernah bilang seperti ini : "Janganlah kalian bangga ketika sudah hafal al qur'an, karena memang itu belum ada apa-apanya di kalangan penuntut 'ilmu, dan janganlah kalian bangga ketika sudah hafal hadits arbain, karena itu sudah sangat lazim di kalangan penuntut 'ilmu, janganlah kalian menjadi sombong dengan sedikitnya 'ilmu yang kalian miliki... karena bukannya 'ilmu itu akan bertambah malah bisa jadi akan berkurang. hafal qur'an hanyalah pintu untuk antum memasuki dunia para 'ulama, hadits arbain hanyalah dasar pijakan pertama antum memasuki dunia para 'ulama, namun kalian belum pantas disebut 'ulama..."
"Masya Allah, banyak faidah dari obrolan ini ustadz..."
"Jamil, makna dari zuhud itu apa? Al Faqir Wal Masakin kah? Atau seperti apa menurut anta?"
"Yang ditanya tidak lebih mengetahui daripada yang ditanya ustadz..."
"Ahsanta, Barakallahu fiik, zuhud adalah ketika kita mampu meninggalkan apa-apa saja yang tidak bermanfaat untuk kehidupan akhirat kita, al mislu: nonton YKS bermanfaat tidak untuk kehidupan akhirat kita?"
"Tidak ustadz."
"Jamil, maka tinggalkanlah hal yang serupa dengan itu dalam urusan duniawi kita kalau tidak bermanfaat untuk kehidupan akhirat kita... Itulah zuhud."
"Ahsanta, lalu kenapa 'ulama dari mauritaniyyah tidak terkenal ustadz?"
"Karena kebiasaan mereka... Mereka lebih disibukkan untuk belajar dan mengajar. Tidak ada yang namanya safari dakwah atau khuruj ke suatu tempat dan yang semisalnya... Kalau kita butuh beliau, ya kita yang mengunjungi beliau... Sebenarnya banyak 'ulama dari mauritaniyyah, coba saja cari 'ulama yang berakhiran "ASY SYINQITHI". Mereka adalah hasil didikan adat menuntut 'ilmu ala mauritaniyyah..."
"Syukran atas tadzkirahnya ustadz."
"'Afwan, sebenarnya ana juga sedang muhasabah diri, kalau diri kita belum dididik dengan sistem seperti itu, berarti tugas kita untuk mendidik anak cucu kita dengan sistem yang mereka miliki..."
Ulama Ahlus sunnah Sheikh Abdullah Bin Bayyah – Mauritania, salah satu pengajar di Universitas King Abdul Aziz University – Saudi Arabia, beliau bermazhab Maliki |
Panggilan Shalat Berjama'ah Sebelum Adzan
di Perkampungan Muslim Sunni Dar El Barka, Mauritania :
Hafalan Al Quran di Chinguetti, Mauritania :
Sistem Pendidikan Suku MAURITANIYYAH (Merinding & Takjub Jika Kau Membaca Artikel Ini)
Reviewed by al irtifaq
on
12.24
Rating:
#-o
BalasHapusAzka alias Iben : Hehehe :) cuma gitu doank???
BalasHapusSangat Inspiratif.... Jazakallaahukhoir
BalasHapusNa'am... Fajazakallaahu khoiro....
Hapushebat...sangat menginspirasi ustadz..
BalasHapusJazakallahu khairan
Na'am... Fajazakallahu khoiro atas kunjungannya, mudah2an blog ini bisa memberikan manfaat kembali esok hari...... insya Allah
HapusSubhanallah....
BalasHapusÙ…َاشَآءَاللّÙ‡ُ
BalasHapusCara belajarnya bagus untuk di tetiru, lebih-lebih di Indonesia ini tidak ada yang gaya belajarnya seperti itu.
BalasHapusMudah2an kelak di Indonesia bisa meniru cara belajar yg seperti ini. Buurikta fiih....
HapusMasha Allah,,,,
BalasHapustp ane denger pemerintahan dsna masih sekuler
Na'am.. tapi ada tambahan dari Ustadz Aan Candra Thalib :
Hapus"sebelumnya kita harus bedakan antara mauritania dan syinqith. Mauritania adalah nama sebuah negara, sementara syinqit adalah nama sebuah kota atau distrik disana.
Saya pernah ngobrol dengan ikhwah mauritania. Katanya tidak semua orang mauritania itu mau diintisabkan ke syinqith. Karena orang singkit beda dengan orang mauritania. Syinqit itu nama suatu daerah atau suku yang masih bagian dari mauritania. Sebagian orang mauritania merasa malu kalau diintisabkan ke syinqith,karena mereka merasa tidak pantas. Mereka mengakui kelebihan orang-orang syinqit dari sisi ilmu daripada qabilah-qabilah lain yg ada dimauritania.
wallahu a'lam"
sudah ada saudara kita/ust yg memulai pendidikan yg mirip2 seperti ini, kalo tidak salah ada namanya kuttab alfatih, berpusat di depok, pengasuh ust budi ashari, lc , alumnus fakultas hadist di jamiah islamiyah, madina....
BalasHapusNa'am, yang ana tau memang beliau tinggi dalam muthola'ahnya... wallahu a'lam.... mudah2an kita juga bisa menimba ilmu agama kpada beliau hafidzhohullahu ta'ala....
Hapussubhanallah.bisa dipraktekan 7 tahun lagi,insyaallah!
BalasHapusapa bisa cara didikan seperti ini diterapkan di indonesia,, ustad??
BalasHapusPendidikan di Mauritania mengandalkan kondisi QALB yg sehat (baik, bersih) untuk mencengkeram ilmu. Untuk ini, mereka punya kelebihan dalam hal kondisi lingkungan yg terjaga, karena ilmu yg melekat di Qalb (alih-alih di otak) akan bisa luruh/hilang kalau kena maksiat.
HapusDi Indonesia, bisa saja sih diterapkan; tinggal njaga si pembelajar dari maksiat mata (tontonan televisi, internet, film, billboard iklan, dsb yg ada di jalan2 dan mall), maksiat telinga (rasan2 di tipi dsb)
Jangankah ghibah manusia, shaikh2 di Mauritania sudah sampai pada tingkat tidak mau (dan melarang keras) mencela (bicara jelek) tentang hewan dan tanaman.
:((
BalasHapusPendidikan Mauritania luar biasa? Hasilnya apa ya?
BalasHapusApakah negara mauritania terkenal makmur, aman dan sejahtera?
Dari apa yang kita gunakan sehari-hari, yang ditemukan oleh orang mauritania apa ya?
motor? komputer? televisi? masakan rawon? apa ya?
Dari pendidikan yang luar biasa itu, berapa banyak ya yang dapat Nobel?
Kalau untuk jago menghafal, sepertinya itu cuma cocok untuk masyarakat pra-modern yang untuk mendapatkan buku susah.
Kalau jago hapal, itu kepandaian kelas SD, saat mahasiswa atau hidup dalam dunia nyata, yang penting itu memahami konsep, praktek dan bernalar, untuk hapalan bisa "open book".
Otak kita seharusnya dilatih untuk bernalar. Hapalan? serahkan saja ke buku atau komputer...
Pendidikan Mauritania luar biasa?
mungkin luar biasa terbelakangnya...
Tipikal pendidikan barat: jago nalar lemah hafalan.
HapusTipikal pendidikan timur: jago hafalan lemah nalar (ini karena pendidikan nalarnya belum dituntaskan)
Dan nalar yg betul haruslah dimulai dari hafalan, apanya yang mau dinalar kalau bahan untuk itu ndak ada :-D
Mengandalkan teknologi untuk “berpikir” dan menghafal? Let’s see…
Google saja sudah membuat kita tambah bodoh:
http://j.mp/1bA6ezK
Pemakaian GPS membuat kemampuan kognitif mental menurun (mis: jadi tambah gampang kesasar klo ga ada GPS :-D)
http://j.mp/1f2lzcR
Tentang teknologi untuk mencatat/merekam data, kita “qiyas-kan” dari dampak aktivitas mem-foto terhadap daya kognitif manusia:
dari - No Pictures, Please: Taking Photos May Impede Memory of Museum Tour http://j.mp/1bULJZ4
“People so often whip out their cameras almost mindlessly to capture a moment, to the point that they are missing what is happening right in front of them,”
Di Mauritania, siswa dilarang mencatat selama shaikh nya sampaikan materi, itu agar si siswa betul2 dapat terfokus pada aktivitas menyimak, membuat ketenggelaman emosi mereka sebagai cantolan untuk mengingat materi, dan menstrukturkan materi sang shaikh di benak/ingatan mereka.
“When people rely on technology to remember for them — counting on the camera to record the event and thus not needing to attend to it fully themselves — it can have a negative impact on how well they remember their experiences,”
dari: Digital Cameras Are Messing With Your Memory - http://j.mp/1jpoX06
“..people who think a computer will save their information recall much less of it than those led to believe the machine will delete it”
from: Google Effects on Memory: Cognitive Consequences of Having Information at Our Fingertips
Orang yg mengandalkan teknologi pencatat (mis: software evernote, recorder, dsb) justru bakal gampang lupa (hafalan sedikit) sehingga bahan untuk dinalar pun jadi sedikit. Orang yg menganggap tool eksternal (kertas, buku, smartphone, dsb) tidak bisa diandalkan, justru daya ingatnya lebih kuat.
Orang dg daya ingat kuat mirip komputer yg ngambil data dari cache memory (yg nempel di processor) ketimbang ngambil data dari Hard disk non SSD :-D. Kelamaan ngambil dari hard disk, apalagi kalo method simpan datanya kacaw.
Sehebat2nya dokter yg jago nalar, dia masih akan kalah dg dokter yg hafalannya buanyak. Dokter yg jago nalar bisa luput akan informasi apa yg dia harus pertimbangkan (lupa dg apa yg harusnya dia ingat). Dan jika dia tidak punya cara menyimpan data/informasi yg handal (sistem tagging, metadata, dsb) di media eksternal, segala informasi yg sudah dia rekam akan jadi useless.
so… sudahkah kita bijak menggunakan teknologi hayoo? :-)
Kok tampaknya manusia MODERN justru mengalami penurunan kepintaran ya dg adanya teknologi.
Ya sudah.. pendidikan Mauritania lebih hebat dari pendidikan dunia umumnya.
HapusYa sudah.. ada penurunan kepintaran manusia modern dibanding manusia kuno.
Tapi bolehkah saya minta bukti, kalau gak ada buktinya kan cuma klaim kosong. Kalau cuma klaim kosong, ya tukang bual juga bisa :)
Apa prestasi hasil pendidikan Mauritania yang bisa dilihat dunia? yang tak bisa dicapai melalui pendidikan modern? dan apakah prestasi itu berguna bagi dunia?
Untuk manusia kuno, apa pencapaian manusia kuno yang tak bisa dicapai manusia modern? lebih banyak mana yang dicapai manusia kuno dibanding manusia modern?
Ya sudah... :)
Judhianto : Mari Belajarlah ilmu Agama, niscaya anda akan mengerti... Buurikta fiih.... :)
HapusLho nanya hasil nyatanya kok disuruh belajar?
HapusKan itu sama saja dengan lihat orang bertapa, berendam di sungai atau ritual aneh-aneh. Saat ditanya gunanya apa? hasilnya apa? jawabnya: berguru saja sama saya, niscaya akan mengerti ....
He.. he.. he.. kalau gak bias jelasin, ya sudah... :D
Begini lho mas judhianto. Kalau saya terangkan ulama2 ahlussunnah kepada Anda, apakah Anda akan mengenal mereka dimana mereka jg adalah jebolan pendidikan di Syinqith... kecuali jika Anda bukan beragama Islam jelas tidak tau, karena yang Anda ketahui adalah mereka yang memiliki bukti tentang pendidikan (Aka modern) yaitu yang telah banyak memberikan penemuan kepada dunia. Contoh spt Thomas Alfa Edison, Jamess watt, Davinci, Bill Gates, Galileo, Mozart, Da Vinci, Archimidess, Pascall, Albert Einstein, dll... Itu memang mereka berada pada garis Ilmu Dunia. Anda tau mereka.
HapusTapi yang saya maksudkan di sini (di artikel) adalah dalam ILMU AGAMA... Anda tidak akan tau mereka sedangkan belajar Ilmu Agama aja tidak. Ya Agama Islam. Bukan Agama selain Islam....
Kalau Anda adalah beragama Islam, maka Anda akan tau siapa Imam An Nawawi, Ibnu Hajar al Asqolani, Imam Bukhori, Imam Muslim, Imam Ahmad, Ibnu Taimiyyah, Imam Ath Thobari, Al Auza'i, Ibnu Katsir, hasan Al Bashri, dll....
Sedangkan untuk salah satu bukti jebolan pendidikan dari Syinqith (Chinguetti), maka silahkan buka biografi "Syaikh Muhammad al-Amin asy-Syinqithi". Bagaimana beliau lah salah satu ulama hadits....
Anda paham??? Maka dari itu saya merekomendasikan agar Anda belajar Ilmu Agama, maka Anda akan tau bagaimana bukti2 itu dengan sendirinya. :) Terima kasih....
@Al Faqiir: oh jadi maksud artikel ini tentang sistem pendidikan agama, bukan pendidikan secara umum. :)
HapusYa sudah, nulisnya yang lengkap ya lain kali..
Anda paham??? maka dari itu saya rekomendasikan anda untuk belajar memperdalam kemampuan diluar ilmu agama, seperti misalnya kemampuan berbahasa Indonesia agar mampu menyampaikan sesuatu dengan jelas :)
Terima kasih ...
Bila sempat, sila mampir ke blog saya http://NontonDunia.net
HapusTerima kasih...
Kita tentu akan terkesima abis kalau ada muslim scholar menemukan wireless (induction) charging, solar-powered electric car, dan bahkan robot medic berteknologi nano :-) Tapi bukan begitu arah ceritanya utk jaman sekarang; karena muslim scholar yg bijak akan berkontribusi berdasarkan TUNTUTAN JAMANnya.
Hapus1. Tentang kontribusi muslim scholar
Ketika ajaran Islam sudah terlaksana dg baik, di situlah MOTIF MENYEMPURNA (concern pd detail dan kreativitas) para muslim scholar menggelora. Hanya setelah mereka hafal Al Qur'an dan paham ilmu2 wajib agama, mereka baru merambah ilmu yg lain. Kopi (coffe, qahwah), jeruk (orange, naranja), marching band, toothbrush, rumah sakit, gitar, kamera, dan hal-hal "gak penting" spt sofa dan pakaian piyama semua dari dunia Islam*.
*dan scr umum, kualitas muslim skr menurun :-p
Tapi jaman sekarang, motif yg dipunyai oleh muslim scholar adalah MOTIF PENYELAMATAN dan MOTIF PENYEMBUHAN (memperbaiki). Gak perlu muslim scholar menyumbang misal teknologi internet HTML5 dan CSS3 ketika orang2 skr masih terjebak dlm hal gunakan internet lebih banyak utk keburukan. Seperempat konten yg dicari di search engine adl konten porno. Dalam setidak DETIKnya, sepertiga pengguna internet mengunjungi situs porno. Kita belum bicara konten sampah lain yg isinya ghibah dan segala konten yg bakal jadi masalah ketika dipertanggungjawabkan di alam kubur nanti. Dg anak hasil zina mencapai 50% banyaknya, amerika juga gencar mempromosikan seks bebas dan kebebasan nafs langsung ke rumah2 penduduk di seluruh dunia.
So, ndak usah heran klo muslim scholar tidak punya prestasi keduniaan dalam urusan2 yg masih disalahgunakan. Televisi, internet, smartphone secara inheren sifatnya netral; cuman pengguna yg "sakit" akan menggunakan itu semua utk hal2 yg mengancam keselamatan akhirat mereka; tenggelam di entertainment dan segala aktivitas yg melalaikan akhirat (btw 64% pemakaian smartphone = gaming). Di jaman sekarang, penyelamatan dan penyembuhan jadi prioritas melebihi ranah kontribusi yg lain.
2. Tentang popularitas muslim scholar
Senyampang alumni Mauritania (atau dari manapun deh) masih berkutat di wilayah Afrika atau bahkan Eropa sekalipun, maka kecil peluang mereka bisa "populer"; karena utk jadi populer, seseorang perlu berkiprah di Amerika (dan masuk di YouTube dan punya blog/website yg ter-SEO dg baik :-D). Itulah kenapa, alumnus Mauritania yg terkenal pun adalah yg kiprahnya di Amerika. Misalkan aja Hamza Yusuf Hanson, orang kelahiran Amerika, convert ke Islam usia 17 tahun, belajar di jazirah Arab terutama Mauritania selama 10 tahun.
Kalau lihat ceramah2 Hamza Yusuf di YouTube, isinya banyak yg tentang hal2 mendasar ttg beragama (islam). Beliau juga mempromote homeschool saking rusaknya pendidikan dan pergaulan di Amerika. Silahkan ikuti ceramah2 beliau, banyak food for thought :-)
....
In the end, kalau kita mendiskusikan pendidikan Islam (tradisional) dan pendidikan modern, gak bakal "ketemu" bila performance indicator nya sudah beda :-D Tp tetap akan menarik untuk mengulas komparasi pendidikan tradisional (ndak harus yg islam) dg pendidikan modern yg kacaw ini :-p
mas Judhianto, sebelum Anda bertanya itu pada saudara2 kami di mauritania, silakan tanya diri Anda terlebih dahulu...
Hapus"Dari apa yang kita gunakan sehari-hari, yang ditemukan oleh seorang Judhianto apa ya?
motor? komputer? televisi? masakan rawon? apa ya?" :D
sample selain diri Anda, mas Judh:
Ibnu Taimiyyah adalah seorang ulama' yg kuat hafalannya, pendidikan yg ditempuhnya pun tidak berbeda jauh dengan style mauritani yg Anda katakan kuno, terbelakang... nalarnya yg terasah oleh pembentukan mental model ala mauritani itu justru menyumbangkan karya nyata yg besar manfaatnya di zaman modern ini. John F Sowa dari Princeton pun "terpaksa" mengagumi kekuatan penalaran Ibnu Taimiyyah:
"Sowa combines ideas from numerous disciplines and eras modern and ancient, for example, applying ideas from Aristotle, the medieval Scholastics to Alfred North Whitehead and including database schema theory, and incorporating the model of analogy of Islamic scholar Ibn Taymiyyah in his works"
http://www.princeton.edu/~achaney/tmve/wiki100k/docs/John_F._Sowa.html
bisa bahasa inggris ga mas? maaf, tp konsep semua bahasa mengharuskan kita memperkuat hafalan atas kosa kata sebelum mempertajam nalar melalui konsep gramatika.. dan ini gaya mauritania :D
Anda faham domain kognitif bloom ga mas judh? knowledge (pengetahuan konseptual/ hafalan) berada pada level pertama... Anda salah klu mengkritik metode hafalan dengan berargumentasi berdasarkan teori bloom. karena justru bloom meletakkan hafalan konsep sebagai dasar sebelum melaju pada tingkat berpikir yg lebih tinggi. konsekuensinya, tanpa hafalan konsep (knowledge) seseorang tidak mungkin sampai pada tingkat berfikir yang lebih tinggi. ini bukanlah berarti teori bloom mendiskriminasikan kemampuan hafalan. tidak sama sekali. nah, dalam bidang hafalan, mauritani punya metode yg mungkin bisa kita ikuti demi memperkuat knowledge, sebelum melangkah pada domain kognisi yg lebih tinggi. have u got my point? :D
di dalam artikel di atas disebutkan:
"Di usia 17 tahun, mereka sudah bisa mengeluarkan fatwa, yang berarti mereka sudah menjadi MUFTI..."
tau syarat MUFTI? bukan sekedar hafalan knowledge mas, tapi butuh domain kognitif yang lebih tinggi. analisis berbagai dalil, komparasi pendapat para ulama', kemudian sintesis dari berbagai pendapat tersebut. tak hanya itu, dengan ilmu alat berupa 'ushul fiqh, seorang MUFTI yang tinggi ilmu dan pengalamannya bisa mencapai level tertinggi dari domain kognisi bloom, yaitu KREASI... ia bisa merancang berbagai metodologi/ qawa'id yang bisa digunakan dalam istinbath atau istidlal. yg sampai pada level ini adalah para MUJTAHID MUTLAK, semisal Imam Abu Hanifah, Malik, Asy-Syafi'iy, Ahmad. nah, mereka ini bisa mencapai level tertinggi dari domain kognitif bloom yang belum tentu bisa mas capai, meski bidang yg mereka garap berbeda dengan bidang yang digarap oleh ilmuwan semisal einstein...
tapi jika Anda menggunakan domain kognitif bloom sebagai timbangan mengukur kemajuan atau keterbelakangan metode pembelajaran, maka saya katakan para Imam dan ulama' Mauritania serta Einstein sama2 telah mencapai level kognitif tertinggi yaitu KREASI, meski bidang yang mereka garap berbeda. faham? klu blm faham maksud saya, silakan fahami dulu cara membuat analisis dan sintesis :D
Yang ana tau beliau ini adalah Atheis.... Silahkan saja liat situsnya di nontondunia.net
HapusHe he he...
HapusApa yang bisa saya catat dari dialog singkat ini:
1. Saya: Sistem pendidikan mauritaniya hasilnya apa?
2. Jawaban 1: sistem penalaran barat mengandalkan nalar, kemudian membahas kelemahan pendidikan berbasis nalar.
3. Saya: ya sudah sistem mauritaniya lebih unggul dari barat. Saya ulangi pertanyaan 1: hasilnya apa?
4. Jawaban 2: belajarlah ilmu agama, pasti akan mengerti
5. Saya: kalau tidak bisa jelaskan hasilnya (pertanyaan 1) ya sudah...
6. Jawaban 3: bercerita tentang ulama besar (yang sayangnya bukan dari mauritania), menjelaskan bahwa sistem yang hebat ini untuk pendidikan agama
7. Saya: ok kalau ini untuk pendidikan agama, lain kali harus lebih lengkap jelaskannya agar tak salah paham.
8. Jawaban 4: bercerita tentang muslim scholar (gak tahu apa hubungannya dengan pertanyaan 1)
9. Jawaban 5: sebelum bertanya tentang org mauritania, harus bertanya apa yang dicapai Judhianto?
10.Jawaban 6: si ana (heu heu..) tahu bahwa Judhianto adalah atheis.
Dari rangkaian dialog tersebut hal yang penting bisa saya simpulkan lagi:
a. Pertanyaan nomor 1 tentang hasil nyata pendidikan mauritania, tak bisa dijawab.
b. Jawaban-2 yang ada hanyalah silat lidah untuk mengelak menjawab pertanyaan pertama, bahkan sampai menuduh atheis segala
c. Untuk si ana (heu heu..) yang mengatakan tau bahwa Judhianto atheis, sudahkah si ana melakukan klarifikasi / tabayyun sebelum menuduh? apakah itu sifat muslim untuk main tuduh sana-sini tanpa tabayyun semua yang tak sesuai dengannya?
Oh ya, senang berdialog dengan anda semua :)
Judhianto | http://NontonDunia.net
Topik kita ini sebenarnya menarik: "komparasi pendidikan tradisional islam mauritania dan pendidikan modern (barat)".
HapusCuman lantas arah jalannya jadi melenceng karena:
1. Siapapun yg menanggapi (pasti) berada dalam sikap AwaL yg GERAM atau tersinggung. Ini karena sejak awal pertanyaan yg diajukan disampaikan dg cara yg bernada menghina dan merendahkan, yg sungguh melukai perasaan (di mana sampaian ybs scr tak langsung jg turut menghina para ulama/muslim scholar, krn model spt di mauritania juga masih digunakan di banyak tempat, mis di Taarim Yaman, Madinah, dsb). Respon atas tanggapan pertanyaan pun juga disampaikan oleh si pelontar-issue dg nada yg tak kalah menyakitkan perasaan :-)
2. Akibatnya, terjadilah argumentum ad hominem, terjadi penyerangan thd PRIBADi si pelontar issue, alih-alih berfokus pd TOPIK yg diajukan. Si penanggap pertanyaan pun jadi terhalang (atau enggan) dari bersikap empati atas si pelontar-issue.
3. Akibatnya, si pelontar-issue pun jadi defensif dan terhalang (atau enggan) dari mencermati penjelasan/tanggapan scr betul2 jeli, tenang & obyektif, serta dalam menemukan benang merah dari seluruh tanggapan. Ini tampak dari kesimpulan “akhir” yg diambil. (yg nanggapi pertanyaan jg kurang tenang, btw :-D )
Ini bukanlah diskusi, melainkan sekedar tanya jawab (tidak ada counter-argumen). Dalam diskusi yg baik, dua belah pihak membuka diri untuk menerima ‘kebenaran’ dari cara pandang lawan diskusi. Hal ini sama sekali tidak terjadi di sini :-)
...
Kesimpulannya begini sih:
1. Sejak awal indikator dari suksesnya pendidikan sudah berbeda; yg satu arahnya ke kegemilangan kontribusi (yg mendukung MODERNITAS) dlm kehidupan DUNIA, yg satu arahnya ke capaian selamat dan bahagia di AKHIRAT.
2. Ada stereotip yg sangat kuat (dari si pelontar-issue) bahwa pendidikan tradisional adalah buruk dan gagal. Sekali lagi, ini sangat dipengaruhi oleh indikator suksesnya pendidikan yg sudah berbeda.
3. Ini akhirnya kembali ke motif pelontar-issue (dan siapapun pembaca yg punya sikap serupa): apakah ybs ingin mendapat 'pencerahan', ataukah ingin mengokohkan atau bertahan pada cara pandang ybs.
...
Bagi para pembaca komen; semoga Anda mendapatkan manfaat dari obrolan yg mungkin lebih seru ketimbang postingnya sendiri :-p; dan semoga kita bisa menerapkan kpd kita sendiri ttg akhak dalam bertanya dan berdiskusi.
Jika ada kritikan untuk saya, silahkan disampaikan.
Cukup menarik komentar terakhir, namun ada hal yang perlu saya kritik:
Hapus* Kesimpulan (2) Ada stereotip yg sangat kuat (dari si pelontar-issue) bahwa pendidikan tradisional adalah buruk dan gagal.
--> Di bagian mana saya mengatakan hal tersebut?
* Kesimpulan (3) Ini akhirnya kembali ke motif pelontar-issue
--> kok bicara motif? saya melontarkan pertanyaan nomor 1, kalau saya belum mendapatkan jawaban, ya wajar dong bila bertanya lagi... :)
Kalau pertanyaan nomor satu memang tidak ada jawabannya, ya saya ikhlas kok :)
Itu seperti ketika seseorang yang baru sampai Jakarta dan bertanya dimana Monas?
Tentu harapannya adalah jawaban tentang petunjuk arah, atau kalau tak tahu ya bilang saja tak tahu, biar dia tanya ke orang lain.
Masalahnya yang ditanya kok merasa geram, tersinggung, mempertanyakan motif dan bahkan menduga yang macam-macam?
Oh ya,
Sistem pendidikan mauritaniya hasilnya apa? (pertanyaan nomor 1)
Judhianto | http://NontonDunia.net
Mas Judhianto, seandainya kita bisa ngobrol tatap muka di warung kopi, saya optimis kita bisa lakukan diskusi sambil ketawa-tawa asyik, terlepas sengitnya dialog kita :-)
HapusOkai, terkait issue menarik ini.
Sebelumnya, perlu disadari bahwa sampean tidak sekedar melontarkan pertanyaan "Sistem pendidikan mauritaniya hasilnya apa?" melainkan juga membuat statement (dirupakan dlm bentuk pertanyaan sih, tapi ini sebenarnya retoris saja)
[1] Negara Muaritania tidak makmur, tidak aman, tidak sejahtera ➞ EVIDEN, sekaligus jadi kriteria sukses pendidikan. Implisit berarti: lha klo pendidikannya sukses, gimana kok kondisi negaranya kayak gitu?
[2] Orang Mauritania tidak menemukan motor, komputer, televisi, tidak juga memperoleh nobel —> menjadi KRITERIA suksesnya pendidikan
[3] Kemampuan menghapal hanya dibutuhkan oleh masyarakat yg kesulitan untuk akses buku. Dan secara umum, kemampuan pandai menghapal tidaklah berguna di jaman modern --> Kriteria bentuk pendidikan yg relevan di jaman
[4] Pendidikan Mauritania terbelakang ➞ KESIMPULAN
➞ Itu seperti ketika seseorang yang baru sampai Jakarta dan bertanya dimana Monas?
➞ Masalahnya yang ditanya kok merasa geram, tersinggung, mempertanyakan motif dan bahkan menduga yang macam-macam?
LoL :-D
Itu karena sampean tidaklah sekedar mengajukan pertanyaan polos "Eh, monas itu letaknya di mana ya?" melainkan juga ditambahi dengan celetukan NYLEKIT ...
Dan omong2, mereka yg mbikin monas itu orangnya terbelakang banget ya [4]. iya sih, bisa bikin monumen yg tinggi dan ada pucuk emasnya; tapi utk jaman sekarang itu kan gak ada nilainya; prehistorik banget deh ya [3]. Yg namanya monumen itu mbok ya yg dari glass yg tranparan, mbok yg tingginya minimal 500m [2]. Dan klo udah bisa mbikin monas gini, lha kenapa kok org Indonesia belum bisa bikin gedung pencakar langit; masa yg mbikin org cina semua. Trus gunanya apa bisa bikin monas kyk gini? [1]
Maka sampean temukan betapa komentator tidak scr langsung menjawab pertanyaan utama sampean terkait monas letakknya di mana, tapi lebih tertarik ngebahas poin [1] [2] [3] dan [4] .... sama sekalian menyerang sampean scr pribadi :-D
Hapus* Kesimpulan (2) Ada stereotip yg sangat kuat (dari si pelontar-issue) bahwa pendidikan tradisional adalah buruk dan gagal.
--> Di bagian mana saya mengatakan hal tersebut?
Pertama, perlu dipahami begini: bahwa sampean tidak sekedar mengajukan pertanyaan netral, melainkan juga MENGIKAT pertanyaan sampean dg KRITERIA.
[a]- Dari apa yang kita gunakan sehari-hari, yang ditemukan oleh orang mauritania apa ya? motor? komputer? televisi? masakan rawon? apa ya?
[b]- Dari pendidikan yang luar biasa itu, berapa banyak ya yang dapat Nobel?
[c]- Apa prestasi hasil pendidikan Mauritania yang bisa dilihat dunia? yang tak bisa dicapai melalui pendidikan modern? dan apakah prestasi itu berguna bagi dunia?
Dan terutama dari statement [a] dan [b] serta [3] yg sampean ajukan, saya membangun KESAN AWAL bhw sampean menganggap pendidikan di Mauritania gagal. Terlebih dg pengistilahan "pra modern", "terbelakang" dan "manusia kuno" yg secara asosiatif mengarah ke inferioritas.
Nah, para komentator di sini kompak bicara ttg KRITERIANYA. Karena ukuran sukses sangat lekat dg kriteria/indikator sukses.
Al Faqiir Ilaa Mawlahu said: hasil/prestasi yg diraih adl yg terkait ilmu agama
Mungkin elaborasi kasarnya gini: lha wong sudah jelas2 di Mauritania kesulitan dapet buku, listrik aja gak ada, lha mosok dituntut utk hasilkan temuan televisi & komputer :-D
Mr. Anonim bilang, muslim scholar meraih sukses dalam bidang garap yg berbeda (dg kriteria yg sampean berikan).
Adisucipto dan Toko Herbal (komen di bawah) juga mengutarakan hal senada)
Saya bilang: para pembelajar agama Mauritania (dan yg anut sistem serupa) ndak ngurusi beragam kontribusi ala jaman modern karena emg harusnya lebih fokus ke misi penyembuhan (sakitnya orang2 di jaman modern) dan pemulihan ajaran Islam.
tambahan: Shaykh Murabit al-Hajj, salah satu guru besar di Mauritania, itu menguasai 50 cabang ilmu, selain bahasa, juga kedokteran, perbintangan, dsb. But first thing first, penekanan yg beliau berikan tetap di agama.
Nah, kemudian, TIDAK ADA SATU PUN komentator yg bisa mengutarakan prestasi DALAM KRITERIA yg sampean ajukan.
Di sini SAYA MENGAKUI SALAH, terlepas dari kesan awal yg saya bangun, kesimpulan akhir sampean sebenarnya adl "Pertanyaannya tidak bisa dijawab".
Tapi kalau sampean betul2 mencermati seluruh komen, sampean akan dapati betapa sampean sepertinya perlu MEREVISI pertanyaan sampean; atau lebih tepatnya merevisi KRITERIA yg sampean ikat pd pertanyaan sampean. Karena senyampang kriterianya tetep, sampean akan dapati bahwa pendidikan ala Mauritania adalah GAGAL; dan saya atau para komentator lain harusnya tidak berkeberatan dg kesimpulan semacam itu :-)
Oh, omong2 ttg Hamza Yusuf Hanson (alumni pendidikan Mauritania), dia tu scholar paling berpengaruh di Amerika, sampe jadi 'penasehat' George Bush atas islam http://cl.ly/U5PD
HapusHamza Yusuf juga mendapat Tikkun Award krn prestasinya 'merestorasi' Islam http://www.youtube.com/watch?v=r0IMzz7p6Mk
Hamza Yusuf punya Zaytuna College, the first Muslim liberal arts college in the United States.
Maka kontribusi besar alumni Mauritania adl the PRESERVATION OF ISLAM. Ulama besar lain spt Habib Umar bin Hafiz dari Taarim Yaman jg punya prestasi serupa, dan beliau tour ke Australia, Eropa dan Amerika; yg utk kayak gini, media kurang berselera utk meliputnya.
Tapi ini semua adalah prestasi yg bukan dalam kriteria yg sampean punya lho ya :-)
Benar kan pertanyaan nomor 1 tetap tak dijawab dengan gamblang. :)
HapusMungkin itu memang menjadi misteri ilahi :)
Subhanalloh...
Mungkin bisa saya bantu untuk menjawab berdasarkan komentar panjang lebar anda.
HapusSistem pendidikan mauritaniya hasilnya apa?
Jawabnya:
1. Shaykh Murabit al-Hajj, salah satu guru besar di Mauritania, itu menguasai 50 cabang ilmu, selain bahasa, juga kedokteran, perbintangan, dsb.
2. Hamza Yusuf Hanson, jadi penasehat George Bush atas Islam dan punya Zaytuna College, the first Muslim liberal arts college in the United States.
Saya rasa dengan menjawab to-the-point dengan cara di atas, sudah cukup. Saya akan paham.
Terima kasih
Judhianto | http://NontonDunia.net
akusih ambil hikmahnya, klo ga ad yg kontra (yudhi), semua yg tidak diketahui gak kluar kan
Hapussaya mengenal kata syanggit ( alamat pesantren di Mauritania) sejak tahun 1986 karena telah menjadi salah satu sintesa (aligar, santini ketan, Al azhar dan syanggit) Almamater ku setahun yg lalu 2012 saya berjumpa dengan Syeh Hisyam yang di krim Syeh Aid charity qatar ke Aceh, belajar sama alumni syanggit luar biasa penguasaan agama karena dia belajar langsung sama pengarang kitab kitab agama yg kebanyakan dari syanggit mauretania
BalasHapusLuar Biasaaaa... hal ini tidak bisa diukur dgn keduniaan / ilmu dunia...karena orientasinya berbeda...dari apa yg saya baca...komentar saya adalah...LUARR BIASA....masya Alooh...
BalasHapuspendidikan model zaman dahulu tidak membawa kemajuan dan teknologi sedikitpun, karena memang para ulama lebih tahu pendidikan tekonologi masih kalah penting dari pada pendidikan moral dan akhlak. Kalau kita tidak menghafal al-Quran, hadits dan biografi orang sholeh2 dahulu bagaimana kita bisa memperbaiki moral dan akhlak??? saya tidak mengatakan teknologi tidak penting, tapi yang saya katakan pendidikan akhlak/moral lebih penting dari teknologi itu sendiri.
BalasHapusizin share
BalasHapusNa'am, tafadhdholu akhi.... buuriktum fiih.....
HapusTolong info, link dll dari sumber berbahaya seperti link web atheis segera dihapus. jika ditampilkan justru menunjukkan jalan orang lain kepada kejelekan
BalasHapusSubhanallah. Pendidikan menuju akhirat. Indah sekali, zuhud tdk tamak, tdk berambisi, menghormati yg berilmu, mencari akhirat. MasyaAllah ini tdk akan pernah diajarkan dipendidikan barat. Subhanallah, ilmu mereka ada dikepala mereka sementr kita ilminya diflash disj ato kompter. MasyaAllah.
BalasHapusMasyaallah ... Mereka seperti sabda Nabi Kita saw. "Ilmu itu di hati bukan dalam tex (al ilmu fis shudur la fi shutur)".
BalasHapusMemanfaatkan semua ilmu dan fasilitas dari siapapun agar lebih dekat dg Allah dg syariat yg benar
BalasHapusada info cara belajar kesana??
BalasHapusPerkenalkan, saya dari tim kumpulbagi. Saya ingin tau, apakah kiranya anda berencana untuk mengoleksi files menggunakan hosting yang baru?
BalasHapusJika ya, silahkan kunjungi website ini www.kumpulbagi.com untuk info selengkapnya.
Di sana anda bisa dengan bebas share dan mendowload foto-foto keluarga dan trip, music, video, filem dll dalam jumlah dan waktu yang tidak terbatas, setelah registrasi terlebih dahulu. Gratis :)
Ilmu dengan dengan menghafal juga baik, lebih baik lagi tak sekedar hafalan, tapi ilmu yang bisa diplikasikan dan bermanfaat bagi kesejahteraan kehidupan manusia, karena Islam itu rahmatan lil alamin.
BalasHapusRahmatan lil alamin inilah yang masih kurang diajarkan dalam pendidikan. Penekanan pendidikan masih banyak kepada ibadah ibadah ritual dan larangan larangan, sedangkan porsi untuk rahmatan lil alamin masih kurang sekali.