## Istiqomah di Atas
Sunnah, Namun Futur dalam Beribadah....
## Bersemangat menuntut
Ilmu, Namun lalai untuk beribadah (entah itu Sholat pada waktunya di
masjid, atau Puasa sunnah, dan yang lainnya)
## Bersemangat
Mendakwahkan Ilmu Namun Malas Untuk Menuntut Ilmu.
##
Bersemangat Memberi Nasehat namun Malas Untuk melakukannya sendiri.
======================
Bismillah.......
Ibnul Qayyim
berkata :
"Sesungguhnya diantara dampak negatif dosa adalah
melemahkan perjalanan hati (seseorang) menuju negeri akhirat atau
menghalanginya atau memutuskannya dari perjalanan itu. Dan kadang kala
dosa juga bisa memutar balikkannya ke arah belakang (maksiat dan
kekufuran). Hati itu akan berjalan menuju Allah dengan kekuatannya, jika
hati itu sakit lantaran dosa-dosa lemahlah kekuatan yang
menjalankannya". [al-Jawabul Kahfi hal 140]
Sejenak mohon untuk
dibaca dan disimak serta direnungi tulisan ini walau mungkin tidak
penting untuk Anda. Saya hanya menulis apa yang hendak saya tulis.
Meringkas dan mengambil mana yang penting menurut saya untuk saya tulis
di postingan saya kali ini. Semoga menjadi teguran bagi saya terutama, dan
bagi Anda sekalian walau diri ini tidak pantas untuk bertutur ucap
dalam hal menasehati Anda sekalian.....
Mungkin banyak di
antara kita sudah bertahun-tahun tegar, teguh, dan istiqomah di atas
sunnah. Semangat menuntut ILMU..... Yah ketika menuntut ilmu kita jadi
ingat, bahwa yang namanya ilmu konsekuensinya adalah diamalkan lalu disebarkan.... Namun kadang sering ketika kita menuntut ilmu kita
bersemangat untuk beramal, setelah selesai dan pulang ke rumah akhirnya
lupa apa yang didapat. Kalau istilah JAWAnya itu BARLEN (BUBAR
KELALEN) atau Setelah selesai Lupa.
Kita juga lupa
mengamalkannya untuk diri kita sendiri namun entah mengapa kita semangat
menyebarkannya tanpa melakukannya terlebih dahulu. alias JARKONI (BISO
NGAJARI TP RA ISO NGLAKONI / bisa mengajari namun tidak bisa
melakukannya sendiri). Wallahul Musta'an....
Kita nilai diri
kita masing-masing. Apakah kita seperti itu?? Karena jujur saya pun
merasakannya... Dan benar sangat-sangat menusuk dan menampar keras bagi
diri saya sendiri.... Semoga dengan ini kita mampu lebih bersemangat
lagi dalam beramal dan beribadah serta menuntut ilmu berada di atas
Sunnah, istiqomah, tegar dan teguh di dalamnya.....
Ibnul
Qayyim berkata :
"Sesungguhnya yang mendapatkan kesulitan dalam
meninggalkan maksiat yang disukainya dan yang sering dilakukannya adalah
seseorang yang meninggalkannya bukan karena Allah. Adapun seseorang
yang meninggalkan hal tersebut dengan jujur, ikhlas dari hatinya karena
Allah, ia hanya merasakan kesulitan di awal kali ia meninggalkannya. Ini
semua untuk mengujinya, apakah ia jujur dalam meninggalkannya ataukah
hanya berdusta, jika ia sabar dalam menghadapi kesulitan ini sebentar
saja, ia akan memperoleh kelezatannya". [Al-Fawaid : 99]
Kita
baca kembali semangat para Ulama Salafush Sholih semoga menjadi sarana
membangun kembali semangat agar lebih membara.
Waki’ bin Al
Jarroh rahimahullah berkata, "Al A'masy selama kurang lebih 70 tahun
tidak pernah luput dari takbiratul ihrom."
Masya Allah, lalu di
manakah kita? Tatkala mendengar adzan saja tidak dipedulikan. Apalagi
seringnya telat dan bahkan sering menempati shaf terbelakang.
Al Qodhi Taqiyuddin Sulaiman bin Hamzah Al Maqdisi rahimahullah berkata,
"Aku tidaklah pernah shalat fardhu sendirian kecuali dua kali. Dan
ketika aku shalat sendirian, aku merasa seakan-akan aku tidak shalat."
Lihatlah penyesalan Sulaiman bin Hamzah di atas. Ia teramat sedih
luput dari shalat jama’ah. Berbeda dengan kita yang tidak sesedih itu.
Hati terasa tenang-tenang saja (tidak ada rasa menyesal) ketika shalat
di rumah. Kalau kita teringat akan pahala shalat jama’ah yang 27 derajat
lebih mulia dari shalat sendirian, tentu kita tidak akan
meninggalkannya.
Muhammad bin Sama'ah rahimahullah berkata,
"Selama 40 tahun aku tidak pernah luput dari takbiratul ihram (bersama
imam) walaupun sehari saja kecuali ketika ibuku meninggal dunia."
Lihatlah Muhammad bin Sama'ah karena ada udzur saja beliau tinggalkan
shalat jama’ah. Tidak seperti kita yang selalu kemukakan beribu alasan,
sibuklah, ada tugaslah, dan alasan lainnya yang sebenarnya bukanlah
udzur yang dibenarkan.
Dalam biografi Sa’id bin Al Musayyib
rahimahullah di kitab Tahdzib At Tahdzib disebutkan, “Selama 40 tahun
tidaklah dikumandangkan adzan melainkan Sa’id telah berada di masjid.”
Lihatlah semangat yang luar biasa, berusaha tepat waktu ketika
shalat, berusaha ontime sebelum adzan. Tidak seperti kita yang masih
asyik-asyikkan di depan TV atau komputer atau PC, yang masih
asyik-asyikan bercanda dengan teman, yang lebih senang bersama dengan
istri dan anak-anak. Wallahul musta’an.
Asy Sya’bi rahimahullah
berkata, "Tidaklah adzan dikumandangkan semenjak aku masuk Islam
melainkan aku telah berwudhu saat itu."
Lihatlah bagaimana
semangat Asy Sya'bi yang selalu berusaha pula shalat on time, bahkan
sudah berwudhu sebelum waktu adzan.
Ulama belakangan pun ada
yang punya kisah demikian. Syaikh 'Abdul 'Aziz bin 'Abdillah bin Baz
rahimahullah terkenal dengan semangat beliau dalam ibadah di samping
beliau sudah ma’ruf dengan perbendaharaan ilmu diin yang amat luas.
Beliau adalah orang yang rutin menjaga shalat sunnah rawatib, rajin
menjaga dzikir-dzikir khusus dan rutin pula menjaga shalat malam
(tahajjud).
Anak dari Syaikh 'Abdul 'Aziz bin Baz yang bernama Ahmad
berkata, "Aku sudah lama mengetahui kalau ayahku selalu bangun tidur
satu jam sebelum shalat shubuh dan ketika itu beliau shalat (tahajjud)
sebanyak 11 raka’at (sudah termasuk witir, pen)."
Dan masih
banyak kisah-kisah yang lain yang menakjubkan.
Dari sini maka
sudah sepantasnya orang yang telah mengetahui suatu amalan agar semangat
untuk mengamalkannya. Menuntut ilmu agama bukanlah sekedar tambah
wawasan dan memperluas cakrawala. Hendaklah orang yang sudah mendalami
ilmu agama berusaha lebih giat lagi dalam ibadah karena mereka adalah
Qudwah (contoh) bagi yang lain. Jika orang yang menuntut ilmu agama
telah semangat dalam kebaikan seperti ini, maka yang lain pun akan ikut
termotivasi. Namun jika mereka-mereka saja malas, maka yang lain pun
bisa terpengaruh kebiasaan buruk tersebut. Jadilah qudwah, jadilah
teladan, barengkanlah ilmu dan amal. Tetap perdalam dan rajin menuntut
ilmu diin disertai semangat mengamalkan ilmu tersebut. Ingat pula bahwa
sebaik-baik amalan adalah yang kontinu walaupun sedikit.
Wallahu
waliyyut taufiq.
Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush
sholihaat
Semoga bermanfaat dan menjadi pertimbangan bagi diri
kita masing-masing dalam menjalankan hidup agar lebih terarah sesuai
syari'at Islam. Insya Allah.... Dan mari kita saling menasehati dalam
kebenaran dan kesabaran....
================
Terakhir saya
ambil dari Sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam:
من
وجد خيرا فليحمد الله ومن وجد غير ذلك فلا يلومن إلا نفسه
(Man wa jada
khoiron falyahmadillaah, wa man wa jada ghoiro dzaalik fa laa yaluumanna illaa
nafsah)
"Barangsiapa yang mendapatkan kebaikan maka pujilah
Allah. Dan barangsiapa yang mendapati selain daripada itu, jangan dia
salahkan kecuali dirinya sendiri." [HR. Muslim No. 2577]
Penulis,
Al Faqiir Ilaa Mawlahu
Rizqianto Hermawan
Istiqomah Di Atas Sunnah, Namun Futur Dalam Ibadah
Reviewed by al irtifaq
on
23.01
Rating:
masyaAllah
BalasHapusJazakillaahu khoirol jazaa atas kunjungannya....
Hapuslike this..jaazakaLLahu khairan
BalasHapus