____________SAUDI DAN IKHWAN_____________
DI UNIVERSITAS-UNIVERSITAS SAUDI
Penulis : Taufik Muhammad Yusuf
(Mahasiswa International University of Africa Khartoum, Sudan)
Chapter 8.
***
Siapa yang pernah mempelajari buku-buku 'Silsilah Ta'lim Al-lughah Al-Arabiyah' di I'dad Lughawi Lipia Jakarta pasti akan menemukan beberapa kutipan dari tokoh-tokoh Ikhwan seperti Sayyid Qutb, Syeikh Abdul Fattah Abu Ghuddah atau Ustad Abdul Qadir Audah. Hal itu tidak mengherankan, karena memang Lipia adalah cabang dari Al-Iman Muhammad Ibn Sa'ud University dan Jami'ah Al-Imam Riyadh sudah masyhur sebagai salah satu pusat berkumpulnya para ulama Ikhwan di Saudi era tahun 60 sampai 90an. Mereka mengajar, membuat kurikulum serta menjadi supervisor program magister dan doktoral.
Namun, setelah tahun 2014 kementerian luar negeri Saudi resmi memasukkan Ikhwan dalam list organisasi teroris, entah bagaimana nasib buku-buku tersebut, sudah direvisi ataupun belum. Mengingat Kelompok Salafi yang kemudian diberikan panggung di universitas-universitas Saudi sebagiannya berkeyakinan bahwa tidak boleh memuji ahli bid'ah (kelompok yang mereka tuduh mubtadi') atau bahkan sekedar untuk menukil pendapat-pendapat mereka.
**
Pada awal berdirinya tahun 1953, cikal bakal Jami'ah Al-Imam dikenal dengan Al-Kulliyat Wa Al-Ma'ahid atau Fakultas Syari'ah dan Fakultas Bahasa Arab Riyadh. Disinilah para tokoh Ikhwan generasi awal seperti Syeikh Manna' Al-Qatthan dan Syeikh Ali At-Thantawi mengajar. Sebelum kemudian pada tahun 1974 secara resmi menjadi Universitas Imam Muhammadiyah bin Sa'ud. Bisa dibilang, Syeikh Manna' Al-Qatthan adalah tokoh Ikhwan yang paling awal dan berpengaruh di Universitas Al-Imam Riyadh. Beliau menjadi 'Mudir Ma'had 'Ali Lil Al-Qadha', kemudian ketua Post-graduate education dan jabatan-jabatan penting lainnya.
Beliau menjadi supervisor 115 risalah magister dan doktoral baik di Universitas Al-Imam, Ummul Qura dan UIM.
Dari Suriah, ada Al-Allamah Al-Muhaddis Syeikh Abdul Fattah Abu Ghuddah (Muraqib 'am Ikhwan Suriah) yang mengabdi selama 23 tahun (dari tahun 1965-1988) di Universitas Al-Imam. Baik sebagai pengajar hadis di Post-graduate education ataupun sebagai anggota majelis ilmi jami'ah yang ikut andil dalam membuat kurikulim Universitas. Hal yang membuat beliau mendapatkan penghargaan dari pihak admistrasi Universitas.
Dari Mesir, ada Syeikh Muhammad Al-'Asaal yang menjadi kaprodi tsaqofah Islamiyyah dari tahun 1970 sampai tahun 1984. Kemudian beliau menjadi Kaprodi Dakwah di Jami'ah Al-Imam sebelum diundang ke Pakistan sebagai Profesor di Universitas Islamabad pada tahun 1986 sampai 2002. Beliau adalah teman sejawatnya Syeikh Al-Qaradhawi di Al-azhar As-Syarif dan pernah di penjara oleh pemerintah Mesir tahun 1953.
Dibidang Al-Qur'an dan tafsir ada Syeikh Muhammad Ar-Rawi (keponakan Syeikh Muhammad Farghali- salah satu pemimpin batalion Ikhwan dalam perang Arab-israel tahun 1948). Beliau mengabdi lebih dari 25 tahun di Universitas Al-Imam. Baik sebagai dosen tafsir dan hadits, mengetuai prodi Al-Quran selama 13 tahun dan jabatan-jabatan serta sumbangsih lain di kampus. Ditambah dengan menjadi supervisor risalah magister dan doktoral di Universitas Al-Imam, Ummul Quro, UIM dan Univ Malik Sa'ud. Meskipun tidak diketahui secara resmi bergabung dengan Ikhwan, sikap-sikap dan fatwa beliau sejalan dengan sikap Ikhwan.
Selain itu, ada Dr. Abdurrahman Al-barr, Dr. Muhammad Ra'fat Sa'id, Ustad Muhammad hilal, Ustad Lasyin Abu Syanb,
Ustad Husain Kamaluddin dan lain-lain yang mengajar di Universitas ataupun jabatan-jabatan admistrasi. Belum lagi jika ditambah dengan masyaikh Ikhwan asli Saudi yang mengajar di Universitas Al-Imam.
***
Di Universitas Ummul Quro, ada Syeikh Muhammad Al-Ghazali, Syeikh Sayyid Sabiq dan lain-lain. Di Universitas King Abdul Aziz Jeddah, ada Syeikh Abdullah Nasih Ulwan dan Ustad Muhammad Qutb (adik Sayyid Qutb), Syeikh Abdillah Azzam dan lain-lain. Tentunya, daftar-daftar para masyaikh Ikhwan yang mengajar di Saudi akan semakin banyak jika kita cari satu persatu. Termasuk Syeikh Sa'id hawa, Dr. Munir Al-Ghadban (Muraqib Am Ikhwan Suriah yang yang ke enam),
Syeikh Muhammad Surur Ibn Nayif Zainul Abidin (yang kemudian dikenal sebagai pendiri Salafiyah Sururiyah), Syeikh Fathi Al-Khauli dan lain-lain.
**
Banyaknya tokoh-tokoh Ikhwan yang mengajar dan menguasai lembaga-lembaga pendidikan di Saudi dipastikan memberikan pengaruh yang sangat besar bagi generasi Saudi yang menimba ilmu dekade 60 sampai 90an. Bahkan, kitab-kitab Sayyid Qutb, Muhammad Qutb, Abdul Qadir Audah, Muhammad Surur dan tokoh-tokoh Ikhwan dicetak oleh Wizarah Al-Ma'arif atau kementrian pendidikan Saudi lalu dijadikan kurikulum dan atau dibagikan secara gratis ke berbagai negara Arab lain. Meskipun tak jarang mereka juga berbenturan dengan Salafiyah lokal yang cenderung konservatif. Akan tetapi, dukungan yang kuat dari Penguasa Saudi terhadap Ikhwan sebelum perang teluk II menjadikan konflik Ikhwan-Wahabisme cenderung bisa diredam.
Paska Arab Spring, sekedar respect terhadap Ikhwan dianggap menjadi ancaman nasional yang bisa menyebabkan seseorang dipecat dari jabatannya sebagai dosen, PNS ataupun Imam dan Khatib mesjid, bahkan bisa mengantarkannya dalam gelapnya penjara. Akan tetapi, sejarah tidak pernah berbohong, sekalipun sering dimanipulasi dan dikaburkan. Dan darinya kita kemudian bisa melihat lebih jernih terhadap sikap dan kondisi politik sebuah negara dan gerakan Islam di setiap masanya. Pada waktunya, kezaliman dan pengekangan yang bertumpuk-tumpuk itu akan membentuk sebuah 'gunung berapi' yang akan meletus kapan saja.
Namun, setelah tahun 2014 kementerian luar negeri Saudi resmi memasukkan Ikhwan dalam list organisasi teroris, entah bagaimana nasib buku-buku tersebut, sudah direvisi ataupun belum. Mengingat Kelompok Salafi yang kemudian diberikan panggung di universitas-universitas Saudi sebagiannya berkeyakinan bahwa tidak boleh memuji ahli bid'ah (kelompok yang mereka tuduh mubtadi') atau bahkan sekedar untuk menukil pendapat-pendapat mereka.
**
Pada awal berdirinya tahun 1953, cikal bakal Jami'ah Al-Imam dikenal dengan Al-Kulliyat Wa Al-Ma'ahid atau Fakultas Syari'ah dan Fakultas Bahasa Arab Riyadh. Disinilah para tokoh Ikhwan generasi awal seperti Syeikh Manna' Al-Qatthan dan Syeikh Ali At-Thantawi mengajar. Sebelum kemudian pada tahun 1974 secara resmi menjadi Universitas Imam Muhammadiyah bin Sa'ud. Bisa dibilang, Syeikh Manna' Al-Qatthan adalah tokoh Ikhwan yang paling awal dan berpengaruh di Universitas Al-Imam Riyadh. Beliau menjadi 'Mudir Ma'had 'Ali Lil Al-Qadha', kemudian ketua Post-graduate education dan jabatan-jabatan penting lainnya.
Beliau menjadi supervisor 115 risalah magister dan doktoral baik di Universitas Al-Imam, Ummul Qura dan UIM.
Dari Suriah, ada Al-Allamah Al-Muhaddis Syeikh Abdul Fattah Abu Ghuddah (Muraqib 'am Ikhwan Suriah) yang mengabdi selama 23 tahun (dari tahun 1965-1988) di Universitas Al-Imam. Baik sebagai pengajar hadis di Post-graduate education ataupun sebagai anggota majelis ilmi jami'ah yang ikut andil dalam membuat kurikulim Universitas. Hal yang membuat beliau mendapatkan penghargaan dari pihak admistrasi Universitas.
Dari Mesir, ada Syeikh Muhammad Al-'Asaal yang menjadi kaprodi tsaqofah Islamiyyah dari tahun 1970 sampai tahun 1984. Kemudian beliau menjadi Kaprodi Dakwah di Jami'ah Al-Imam sebelum diundang ke Pakistan sebagai Profesor di Universitas Islamabad pada tahun 1986 sampai 2002. Beliau adalah teman sejawatnya Syeikh Al-Qaradhawi di Al-azhar As-Syarif dan pernah di penjara oleh pemerintah Mesir tahun 1953.
Dibidang Al-Qur'an dan tafsir ada Syeikh Muhammad Ar-Rawi (keponakan Syeikh Muhammad Farghali- salah satu pemimpin batalion Ikhwan dalam perang Arab-israel tahun 1948). Beliau mengabdi lebih dari 25 tahun di Universitas Al-Imam. Baik sebagai dosen tafsir dan hadits, mengetuai prodi Al-Quran selama 13 tahun dan jabatan-jabatan serta sumbangsih lain di kampus. Ditambah dengan menjadi supervisor risalah magister dan doktoral di Universitas Al-Imam, Ummul Quro, UIM dan Univ Malik Sa'ud. Meskipun tidak diketahui secara resmi bergabung dengan Ikhwan, sikap-sikap dan fatwa beliau sejalan dengan sikap Ikhwan.
Selain itu, ada Dr. Abdurrahman Al-barr, Dr. Muhammad Ra'fat Sa'id, Ustad Muhammad hilal, Ustad Lasyin Abu Syanb,
Ustad Husain Kamaluddin dan lain-lain yang mengajar di Universitas ataupun jabatan-jabatan admistrasi. Belum lagi jika ditambah dengan masyaikh Ikhwan asli Saudi yang mengajar di Universitas Al-Imam.
***
Di Universitas Ummul Quro, ada Syeikh Muhammad Al-Ghazali, Syeikh Sayyid Sabiq dan lain-lain. Di Universitas King Abdul Aziz Jeddah, ada Syeikh Abdullah Nasih Ulwan dan Ustad Muhammad Qutb (adik Sayyid Qutb), Syeikh Abdillah Azzam dan lain-lain. Tentunya, daftar-daftar para masyaikh Ikhwan yang mengajar di Saudi akan semakin banyak jika kita cari satu persatu. Termasuk Syeikh Sa'id hawa, Dr. Munir Al-Ghadban (Muraqib Am Ikhwan Suriah yang yang ke enam),
Syeikh Muhammad Surur Ibn Nayif Zainul Abidin (yang kemudian dikenal sebagai pendiri Salafiyah Sururiyah), Syeikh Fathi Al-Khauli dan lain-lain.
**
Banyaknya tokoh-tokoh Ikhwan yang mengajar dan menguasai lembaga-lembaga pendidikan di Saudi dipastikan memberikan pengaruh yang sangat besar bagi generasi Saudi yang menimba ilmu dekade 60 sampai 90an. Bahkan, kitab-kitab Sayyid Qutb, Muhammad Qutb, Abdul Qadir Audah, Muhammad Surur dan tokoh-tokoh Ikhwan dicetak oleh Wizarah Al-Ma'arif atau kementrian pendidikan Saudi lalu dijadikan kurikulum dan atau dibagikan secara gratis ke berbagai negara Arab lain. Meskipun tak jarang mereka juga berbenturan dengan Salafiyah lokal yang cenderung konservatif. Akan tetapi, dukungan yang kuat dari Penguasa Saudi terhadap Ikhwan sebelum perang teluk II menjadikan konflik Ikhwan-Wahabisme cenderung bisa diredam.
Paska Arab Spring, sekedar respect terhadap Ikhwan dianggap menjadi ancaman nasional yang bisa menyebabkan seseorang dipecat dari jabatannya sebagai dosen, PNS ataupun Imam dan Khatib mesjid, bahkan bisa mengantarkannya dalam gelapnya penjara. Akan tetapi, sejarah tidak pernah berbohong, sekalipun sering dimanipulasi dan dikaburkan. Dan darinya kita kemudian bisa melihat lebih jernih terhadap sikap dan kondisi politik sebuah negara dan gerakan Islam di setiap masanya. Pada waktunya, kezaliman dan pengekangan yang bertumpuk-tumpuk itu akan membentuk sebuah 'gunung berapi' yang akan meletus kapan saja.
Saudi dan Ikhwan 8 -Di Universitas-Universitas Saudi-
Reviewed by al irtifaq
on
21.39
Rating:
Tidak ada komentar:
Tinggalkanlah Komentar yang ahsan. Buuriktum Fiih....