____________SAUDI DAN IKHWAN_____________
AS-SYAHID
Penulis : Taufik Muhammad Yusuf
(Mahasiswa International University of Africa Khartoum, Sudan)
Chapter 11.
**
"We had a king who paid with his life trying to counter these people, King Faisal, one of the greatest kings of Saudi Arabia." MbS (Muhammad bin Salman).
"وكان لدينا ملك دفع حياته ثمنًا في مواجهة هؤلاء الناس، الملك فيصل، أحد أعظم ملوك السعودية." ممحد بن سلمان.
"Kami memiliki seorang Raja yang harus membayar hidupnya karena melawan orang-orang itu (Ikhwan). Dia adalah Raja Faishal, salah seorang Raja Saudi terbesar."
Statemen mengejutkan Putra Mahkota Saudi (MBS) dengan the Atlantic April 2018 ini menimbulkan banyak pertanyaan. Apa yang ia maksud? Apakah Raja Faishal dibunuh oleh Ikhwan? Atau justru ia dibunuh karena membela Ikhwan dan isu Palestina?
**
Di tulisan-tulisan sebelum kita sudah menjelaskan bagaimana respon Salafiyah konservatif terhadap ide-ide modernisasi Saudi. Mulai dari penolakan mereka terhadap pemasangan pompa air modern sumur zamzam di era Raja Abdul Aziz tahun 20an, penolakan pemasangan telegram, pengharaman sepeda karena dianggap sebagai 'kuda iblis', pengharaman radio dan televisi dan menganggapnya sebagai 'the instrument of the devil' hingga larangan anak perempuan untuk bersekolah.
Sejarah mencatat bahwa sekolah untuk perempuan dalam bentuknya yang modern pertamakali dicetuskan oleh Ratu Iffat Al-Tsunayan (istri Raja Faisal) tahun 1955 di Jeddah dengan dana pribadinya yang dikenal dengan 'Madrasah Dar Al-Hanan'. Ratu Iffat sendiri lahir dan besar di kota modern Istanbul Turki. Setelahnya, barulah pada tahun 1959, sekolah untuk perempuan diakui secara resmi oleh Raja Su'ud, Raja Saudi saat itu.
Ketika televisi masuk ke Saudi di tahun 50an, para ulama Wahabiyah konservatif menolaknya dan mengharamkannya. Mereka menganggap televisi sebuah media perusak moral dan bagian dari perangkat iblis untuk menyesatkan ummat. Diantara mereka yang dengan keras menentang televisi adalah Pangeran Khalid Bin Musa'id Bin Abdul Aziz. Puncaknya, tahun 1965 ia melakukan serangan bersenjata terhadap markas Al-Saudia Televison di kota Riyadh. Paska serangan itu, Menteri Dalam Negeri saat itu (Raja Fahd) memerintahkan pihak keamanan untuk menangkap pangeran Khalid bin Musa'id dan kemudian pangeran Khalid terbunuh karena melakukan upaya perlawanan.
**
Syeikh Ali At-Thantawi mungkin adalah satu-satunya penyiar radio dan televisi yang paling dikenal dan dikenang oleh rakyat Saudi era 60an sampai wafatnya. Dimana siaran radio dan televisi berupa fatwa dalam program Masail Wa Musykilat berlangsung sangat lama. Kemudian progam televisi 'Ala Maidah Al-Ifthar' yang berlangsung selama 25 tahun. Totalnya, selama 35 tahun Syeikh Ali At-Thantawi memberikan sumbangsih pemikiran kepada masyarakat Saudi dengan latar belakang pendidikan dan afiliasi yang berbeda.
**
Paska embargo minyak terhadap Amerika tahun 1973, hubungan Saudi dibawah Raja Faishal dan Barat mengalami ketegangan. Barat dan AS tentu sadar benar bahayanya Raja Faishal untuk kepentingan mereka di Timur tengah. 2 tahun setelah perang Oktober, Raja Faishal kemudian dibunuh oleh keponakannya sendiri Pangeran Faishal Bin Musa'id ketika menyambut seorang menteri Kuwait. Faishal bin Musa'id sendiri kemudian dihukum mati setelahnya.
Beragam pendapat bermunculan terkait latarbelakang kenapa pangeran Faishal bin Musa'id membunuh Raja Faishal bin Abdul Aziz. Salah satunya seperti yang kita ceritakan diatas adalah karena pembalasan dendam terhadap saudara kandungnya; pangeran Khalid yang mati paska penyerangan terhadap markas stasiun televisi Saudi yang terjadi pada masa Raja Faishal. Pendapat lain mengatakan bahwa sebab pembunuhan Raja Faishal dikarenakan konspirasi AS dan zionisme. Sebagaimana diketahui, pangeran Faishal belajar di AS dengan kehidupan yang kebarat-baratan. Pacar perempuannya, Cristine Surma sempat dituduh sebagai Yahudi. Hal yang kemudian dibantah oleh Cristine.
Pendapat lain mengatakan bahwa pembunuhan Raja Faishal dilatarbelakangi oleh dendam terhadap Raja Faishal yang mengakhiri pengaruh Alu Rasyid di kawasan. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, Raja Faishal ikut dalam perang melawan Alu Rasyid tahun 1918. Dan orang tua pangeran Faishal bin Musa'id sendiri dari pihak ibu diketahui sebagai keturunan Alu Rasyid.
Seperti apapun latar belakang dan sebab pembunuhan Raja Faishal, faktanya adalah ia dibunuh oleh seorang anggota kerajaan dan Ikhwanul Muslimin terbebas darinya, berbeda dengan statemen MbS dalam wawancara dengan the Atlantic. Bahkan Ikhwan adalah yang pertama merasakan kehilangan dan kemudharatan paska meninggalnya Raja Faishal Rahimahullah. Dimana kemudian proyek-proyek Ikhwan dan Raja Faisal mulai terbengkalai ataupun sengaja ditelantarkan. Ikhwanpun seperti menjadi yatim di Saudi.
**
Selama hidupnya, Raja Faishal memberikan segenap upayanya untuk menyatukan para pemimpin Arab dan menjadikan isu Palestina sebagai prioritas. Berulangkali ia menyatakan keinginannya untuk sholat di Baitul Maqdis setelah dibebaskan dari penjajahan zionisme ataup ia mati syahid membelanya. Dan Allah adalah maha mendengar doa hamba-hamba-Nya.
Raja Faishal Bin Abdul Aziz salah satu pemimpin yang paling dicintai umat Islam itu pergi syahid oleh timah panas sebagaimana halnya pendiri Ikhwan: Hasan Al-Banna juga syahid dengan cara yang sama. Setelahnya, 'dunia' mungkin tak lagi bermurah hati untuk 'melahirkan' kepada kita pemimpin seperti keduanya di setiap saat. Akan tetapi, Rahmat Allah tentu sangat luas untuk hamba-hamba-Nya.
"Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah. Dan di antara mereka ada yang gugur, dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikit pun tidak mengubah (janjinya)." (QS Al-Ahzab Ayat: 23)
**
Khartoum, 2 Ramadhan 1441 H.
Saudi dan Ikhwan 11 -Asy Syahid-
Reviewed by al irtifaq
on
22.14
Rating:
Tidak ada komentar:
Tinggalkanlah Komentar yang ahsan. Buuriktum Fiih....